Format Debat Capres Dan Cawapres Yang Elegan



BALI.KOMINFO.CO.ID #

Oleh : Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.
Dekan FKIP Universitas Dwijendra

Debat Kedua Capres dan Cawapres yang diadakan pada hari  Jumat, 22 Desember 2023, mampu menarik perhatian masyarakat. 

Debat kedua tersebut memberikan kepada masing-masing cawapres untuk beradu argumentasi berkenaan dengan topik debat. 

Masyarakat menunggu bagaimana cawapres nomor urut 02 beradu argumentasi dengan cawapres yang lain. Masyarakat ingin mengetahui bagaimana kompetensi cawapres nomor urut 02  karena selama sesi diskusi yang diadakan di kampus-kampus dan diundang oleh stasiun televisi cawapres nomor urut 02 sering tidak hadir. 

Kemungkinan masyarakat meragukan kemampuannya dalam berargumen. Apakah hal ini merupakan strategi yang memang sengaja dilakukan cawapres tersebut? 

Dengan strategi ini diharapkan masyarakat akan memposisikan cawapres tersebut  pada posisi underdog  dan masyarakat meremehkannya. 

Dengan posisi tersebut, diharapkan cawapres 02, tekanan psikologisnya dapat dikurangi karena posisinya yang underdog dan under estimate. 

Setelah debat dilaksanakan semua perkiraan tersebut tidak terbukti. Cawapres 02 bisa mengimbangi argumen cawapres 01 dan 03. Terlepas dari siapa yang unggul dari hasil debat cawapres tersebut, ada  yang perlu dicatat dalam debat tersebut. 

Debat tersebut terkesan kaku dan diatur penuh oleh moderator. Adu argumen yang dilakukan masing-masing cawapres dibatasi oleh waktu dan diberikan kesempatan menanggapi sebanyak dua kali. 

Suasana debat memang tidak hidup. Kalau dilihat dari makna debat dalam KBBI, debat adalah pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. 


Fromat debat yang telah dilaksanakan tidak memberikan waktu yang lebih lama kepada cawapres untuk mempertahankan argumennya. Seharusnya dalam debat tersebut memberikan waktu yang lebih banyak kepada masing-masing cawapres untuk beradu argumen.  

Setelah debat dilaksanakan,  di media sosial  ramai membahas tentang keakuratan data yang disampaikan salah satu cawapres. Kalau debat diberikan waktu yang lebih lama, cawapres akan beradu argumen tentang data-data tersebut. 

Oleh karena, tidak ada waktu untuk mengecek keakuratan data tersebut seolah-olah argumen yang disampaikan tentang data tersebut adalah benar . Banyak pengamat dan politisi beragumen bahwa data-data yang disampaikan tidak akurat. 

Format debat  intinya adalah bagaimana seseorang itu mempertahankan argumennya dan bagaimana strategi lawan debat untuk membuktikan argumennya. 

Dalam debat ada jual beli argumen dengan menunjukkan data-data sehingga lawan debat dapat menerima argumennya. Nuansa itulah yang tidak ada dalam debat cawapres. Debat yang dipertontonkan tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat. 

Masing- masing cawapres seharusnya saling serang tetapi peran moderator tetap terdepan sehingga debat tidak mengarah pada debat kusir. Sebenarnya forum debat yang menarik telah banyak diadakan oleh stasiun televisi. 

Mengapa KPU tidak mengadopsi format tersebut dengan catatan debatnya tidak mengarah pada debat kusir. 
Dengan format debat seperti itu, pertanyaan- pertanyaan dari lawan debat mengalir begitu aja. 

Masyarakat akan melihat dengan sebenarnya mana cawapres yang memang benar-benar menguasai topik. Suguhan seperti ini yang dinantikan oleh masyarakat. 

Kalau format debat seperti ini tentu masyarakat tidak tertarik mengikuti debat. Semoga debat ketiga akan berlangsung lebih menarik dan elegan. Masyarakat akan diberi suguhan mana capres dan cawapres yang terbaik memimpin Indonesia lima tahun ke depan sehingga masyarakat tidak salah dalam memilih nakoda.(Bud)