LEMBATA - Nowing atau Kwatek adalah kain tenun khas Lamaholot bagi pria dan wanita yang terbuat dari bahan-bahan alami banyak dicari para wisatawan manca negara dan ditambah keunikan proses awal pengerjaan dan cara pembuatan hingga menghasilkan kain tenun yang berkualitas, menambah daya tarik tersendiri bagi wisman untuk memilikinya.
Biasanya, kedua jenis kain tenun itu dipakai pada moment-moment tertentu seperti saat ritual adat, pesta besar perkawinan, saat upacara keagamaan ataupun kematian.
Orang Lamaholot yang memiliki dan memakainya akan dipandang lebih spesial atau istimewa dibandingkan dengan orang lain yang tidak memilikinya.
Namun, seiring berjalannya waktu, kenyataan hari ini berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Khusus di Kabupaten Lembata. Keberadaan kain Nowing dan Kwatek yang saban waktu semakin langka. Semakin jarang terlihat atau semakin sulit ditemukan.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lembata, Yoram Enggelina Koy, Jumad, 5 Mei 2023, saat membawakan materi diacara Sarasehan Tenun Ikat Lamaholot, yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, di aula gedung Dekranasda, ex-rujab Bupati, Lewoleba, Kabupaten Lembata, NTT.
"Ini senapas juga dengan keadaan penenun Lembata yang semakin uzur termakan usia. Bahkan ada penenun yang sudah meninggal dunia. Kondisi ini mengakibatkan penenun-penenun asli Lembata yang berkecimpung khusus di kain tenun adat semakin berkurang atau sedikit, tidak bertambah. Mereka-mereka inipun saat ini kalau dibilang, bisa dihitung dengan jari", ujar Yoram Koy.
Menurutnya, jika hal ini dibiarkan terus berlanjut, tanpa ada regenerasi yang bisa melanjutkannya dan tanpa ada kepedulian dari semua pihak terutama generasi muda Lembata untuk melestarikannya, saya yakin jangankan lima belas atau dua puluh tahun, lima atau sepuluh tahun ke depan kain tenun asli yang menjadi kebanggaan, yang menjadi kekhasan daerah ini akan punah atau hilang.
Lebih jauh Yoram Koy mengatakan, kekayaan intelektual yang begitu unik, yang kaya akan tradisi dan begitu banyak nilai budaya yang terkandung di dalamnya, yang telah diwariskan para leluhur untuk generasi Lembata, kalau tidak dijaga dengan baik, bisa jadi diambil atau dipatenkan oleh pihak luar sebagai hasil karya mereka.
"Kalau ini yang terjadi, siapa yang harus disalahkan? Apakah pihak luar, ataukah kita yang lalai. Kita yang terlalu bangga dengan diri sendiri, ataukah mungkin generasi milenial yang lebih bangga akan produk-produk buatan luar negeri," tutup Ketua Dekranasda Lembata tersebut.
Penulis : Tedd Kelen