Satu Keluarga Satu Sarjana : Pilar Kesejahteraan Dan Perubahan Sosial

BALI.KOMINFO.CO.ID #
Denpasar - Bali ||

Oleh Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum.
Akademisi Universitas Dwijendra

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara dan merupakan salah satu jalan utama dalam mengentaskan kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidup. 

Di tengah tantangan sosial dan ekonomi yang masih dihadapi banyak keluarga di Indonesia, gagasan "Satu Keluarga Satu Sarjana" hadir sebagai bentuk upaya strategis dalam menciptakan keadilan pendidikan dan transformasi sosial yang berkelanjutan. 

Program ini merupakan gebrakan baru Pemerintah Provinsi Bali dan sudah mendapat dukungan dari pimpinan perguruan tinggi di Bali. 

Gagasan ini berangkat dari keyakinan bahwa setiap keluarga, sekurang-kurangnya, memiliki satu anggota yang mengenyam pendidikan tinggi. 

Sosok sarjana dalam sebuah keluarga diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga. 

Program "Satu Keluarga Satu Sarjana" bukan semata slogan, melainkan sebuah gerakan moral dan sosial untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi masyarakat dari kalangan yang secara ekonomi tidak mampu. 

Program ini merupakan bentuk kepedulian Pemerintah Provinsi Bali dalam usaha memeratakan kesempatan bagi masyarakat yang kurang mampu. 

Selama ini akses mereka tertutup rapat, kini dengan bantuan pemerintah mereka akan bisa meningkatkan kualifikasi pendidikannya pada jenjang perguruan tinggi. 

Yang perlu dikomunikasikan lebih awal dengan masyarakat adalah bagaimana skematik pelaksanaan program ini. Pemerintah diharapkan memberikan pemahaman yang intensif kepada masyarakat tentang program ini. 

Pemerintah bisa memberi arahan kepada calon penerima bantuan tentang program studi apa yang akan mereka pilih. 

Harapan dari program ini tentu bukan hanya melahirkan sarjana dalam satu keluarga tetapi setelah mereka menyelesaikan studinya apakah peluang kerja cukup terbuka lebar. 

Pengangguran intelektual masih banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada jaminan setelah sarjana mendapatkan pekerjaan. 

Hal inilah yang perlu diantisipasi oleh Pemprov Bali. Program ini menjadi pilar kesejahteraan dan perubahan sosial bagi masyarakat Bali. 

Program ini menjadi pilar kesejahteraan karena: 1) meningkatkan peluang ekonomi: seorang sarjana memiliki akses yang lebih luas terhadap lapangan kerja yang layak, berpendapatan tinggi, dan berkelanjutan. 

Hal ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan keluarga.2) mengurangi kemiskinan struktural: dengan adanya mobilitas sosial vertikal melalui pendidikan, program ini memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi. 3) peningkatan literasi keluarga: seorang sarjana dalam keluarga menjadi sumber pengetahuan yang dapat memberdayakan anggota keluarga lainnya.

Dalam konteks perubahan sosial, program ini berkontribusi melalui : 

1) transformasi nilai dan pola pikir: pendidikan tinggi mendorong cara berpikir kritis, terbuka, dan progresif yang dapat mengubah budaya stagnan menjadi budaya inovatif dalam masyarakat.
 2) peningkatan partisipasi sosial: lulusan perguruan tinggi lebih cenderung aktif dalam kegiatan sosial, organisasi masyarakat, dan advokasi kebijakan publik, memperkuat kohesi sosial. 
3) katalisator pembangunan daerah: sarjana diharapkan ikut aktif dalam pembangunan   dan membangun komunitas dengan membawa pengetahuan, jejaring, dan inisiatif baru.

Program Satu Keluarga Satu Sarjana merupakan program yang berpihak pada masayarakat. Program ini merupakan program yang sangat esensial yang memberikan harapan kepada masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. 

Selama ini, jalan mereka tertutup karena biaya kuliah di perguruan tinggi sangat mahal. Dengan program ini langkah menuju ke perguruan tinggi telah dibukakan. (Bud)